Mabadiul Chamsah

"MABADIUL CHAMSAH"
Allahu Ghoyatuna
Ar-Rasul Qudwatuna
Al-Quran Dusturuna
Al-Jihad Sabiluna
Al Mautu fi sabilillah asma’ a’manina….
Allah adalah tujuan kami | Rasulullah teladan kami | Al-Qur’an pedoman hidup kami | Jihad adalah jalan juang kami | Mati di jalan Allah adalah cita2 kami tertinggi

Minggu, 28 Juni 2009

Pedagogi Kaum Pinggiran

Membicarakan ilmu-ilmu sosial transformatif kaitannya dengan perspektif pedagogis rasanya tidak mungkin mengabaikan kritik bahwa peran sekolah sebenarnya telah gagal mengantarkan anak didik sebagai subyek pembelajaran manusia atas keseluruhan proses hidup dan kehidupannya.

Dalam antropologi pendidikan, proses semacam ini disebut sebagai inkulturasi dan akulturasi, yang menyangkut semua perkembangan anak manusia tatkala mereka melakukan adaptasi lingkungan dan bagaimana proses reproduksi kebudayaan berlangsung dalam masyarakat sesuai dengan tata nilai dan norma-norma yang mereka miliki.

Maksud saya, jika pedagogi dimaknai lebih dari sekadar mendeposit ilmu pengetahuan dalam sistem didaktik-metodik sekolah, sudah tentu pengertian tentang pembelajaran haruslah meliputi wilayah yang luas, seluas persoalan cultural reproduction and reform dan sekaligus juga menyangkut social reform and transformation. Upaya pembelajaran anak manusia tidak bisa dilepaskan selain sebagai kerja budaya, juga sebagai kerja politik agar mereka yang selama ini tertindas oleh budaya bisu dapat belajar bicara dan mereka yang terpinggirkan oleh struktur sosial mempunyai harapan untuk berubah sekaligus memiliki kekuatan sosial yang bisa menggerakkan humanisasi manusia yang lebih bermartabat dan berharkat.

Pedagogi transformatif

Dalam filosofi pedagogi transformatif, pembelajaran merupakan pembongkaran terhadap semua bentuk kesadaran budaya dalam rangka menumbuhkan kesadaran budaya yang baru. Kerja pedagogis tidak lain adalah bentuk upaya memfasilitasi setiap subyek agar tumbuh dan berkembang sebagai human agency atau persona creativita, yang sadar akan habitus-nya masing-masing dan bagaimana mereka memiliki kemampuan untuk mengubahnya sehingga subyek-subyek ini tidak mati dan menyerah terhadap jebakan struktural yang diwarisinya sejak lahir.

Sekarang ini praktik "pendidikan" yang identik dengan menyelenggarakan "sekolah", bahkan juga pendidikan "luar sekolah", biasanya mengabaikan bangunan konsep pedagogis yang utuh. Seolah-olah pembelajaran adalah sama halnya berhubungan dengan proses belajar mengajar dalam bingkai silabus atau kurikulum agar murid dapat mengonsumsi ilmu pengetahuan sekenyang-kenyangnya dalam ruang belajar yang terikat. Begitu pula pendidikan life skill yang sekadar memberikan ilmu keterampilan dalam balai latihan tertentu yang dirancang dari luar dan sama sekali tidak ada proses kontrak belajar yang lebih partisipatoris dan dialogis.

Gampangnya, wajah pembelajaran yang berkembang selama ini adalah bagaimana anak-anak didik di sekolah dapat dicekoki dengan berbagai knowledge about sebagai persiapan spekulatif anak-anak didik memasuki lapangan kerja (terutama dengan standardisasi atau akreditasi bakal calon buruh kapitalisme global), sementara pendidikan luar sekolah lebih menekankan bagaimana menawarkan berbagai program knowledge for, yang juga spekulatif melalui sertifikasi agar pesertanya dianggap mempunyai kompetensi lebih jelas dalam proses penyerapan pasar kerja di lingkungan pabrik atau industri.

Dalam kaitan itu, pedagogi harus mengambil tempat pada pengalaman dan kesadaran umat manusia yang luas karena setiap persoalan yang berkaitan dengan hubungan hegemoni pada dasarnya adalah persoalan pedagogis kemanusiaan. Dalam bahasa Freire, pembicaraan pedagogis tidak boleh semata-mata dipersempit hanya menyangkut soal metodologis sebab cita- citanya lebih jauh menyangkut pemihakan teori ilmu-ilmu sosial untuk mempersiapkan masa depan sejarah yang lebih emansipatoris untuk keadilan, melalui revitalisasi individu maupun kelompok sebagai agen perubahan sejarah itu sendiri. Inilah, sekali lagi, maka pembelajaran kritis pada dasarnya adalah bagaimana membawa proses pedagogis menjadi lebih berpolitis dan masalah politis mempunyai basis pedagogisnya sebagai kerja budaya dan humanisasi.

Biarpun pedagogi kritis perhatiannya memang terhadap subyek sebagai proses self-improvement, tetapi itu tidak berarti berhenti pada individunya sebab visinya adalah untuk melahirkan kekuatan kolektif bagi transformasi sosial. Jadi, diskursusnya harus menyangkut proyek membangun citizenship sebagai "a social invention" yang membutuhkan sejumlah pengetahuan politik—suatu pengetahuan yang lahir dari pergumulan dan pergulatan hidup orang-orang yang melakukan pembelajaran kritis ini sendiri.

Pengetahuan dan kesadaran semacam itu muncul karena proses pembelajaran "hadap-masalah" terhadap realitas sehari- hari, termasuk bagaimana memahami tantangan material ekonomi, kritik politik-ideologis, dan tekanan-tekanan hidup yang bersifat psikologis. Dengan demikian, bagi orang-orang yang melakukan pembelajaran kritis ini, ilmu pengetahuan yang diperolehnya haruslah sungguh-sungguh berarti (of making knowledge meaningful) agar memberikan spirit hidup baru yang berwatak transformatif.

Pedagogi transformatif boleh dibilang merupakan bagian untuk membangun intelektual publik (as public intelectuals), dalam arti pendidikan bagi orang-orang dewasa yang berorientasi pada basis komunitas (a community base-education). Sudah barang tentu berbeda dengan paradigma pendidikan yang menekankan pentingnya pengembangan "sumber daya manusia (SDM)" sebagai tujuan paling pokok karena orientasinya lebih peduli pada upaya meningkatkan produktivitas ekonomi dan stabilitas sosial (dan menganggap masyarakat sebagai mesin dan orang-orang dipandang sebagai "human resourses" yang nilainya tergantung seberapa jauh kontribusinya dalam the social machinery dalam rangka efisiensi), maka dalam perspektif pembelajaran kritis bukanlah merasa penting menekankan bagaimana melakukan penggolongan (classified), penyortiran (sorted), dan penajaman bakat (shaped), serta kompetensi manusia sebagai the raw human resources untuk dikirim ke pasar kerja. Namun, yang terpenting adalah bagaimana memfasilitasi agar subyek peserta menjadi individu-individu yang otonom, atau menjadi ownership of self bagi dirinya sendiri.

Oleh karena itu, pedagogi transformatif sesungguhnya secara metodologis tidak lagi berbasis secara eksklusif pada "epistemological questions", tetapi lebih pada "an economic and socio-cultural mode of analysis" yang bisa menerangkan dan membongkar proses alienasi dan marjinalisasi sosial. Dengan demikian, dalam pembelajaran kritis yang diutamakan bukanlah program praktik melek huruf (the practice of a literacy training program), tetapi bagaimana seseorang dapat melakukan refleksi kritis, baik berpikir maupun dalam mengambil praksis untuk pemerdekaan. Refleksi atas self-reflection inilah yang oleh Freire dikatakan sebagai basis setiap orang menuju dunia baru, dengan knowing menuju proses becoming, bagian dari human being yang otentik yang sering lemah dan hilang karena tertutup beban struktural dan kesadaran palsu. Namun, sekali lagi, keseluruhan bangunan pedagogis transformatif yang dialogis, hadap-masalah, dan menekankan praksis kemanusiaan haruslah diletakkan tetap dalam suatu utopian yang bersifat pemerdekaan dan kesetaraan sesuai dengan panggilan ontologisnya sebagai khalifatu fi al-ardh.

Memihak "mustadzafin"

Saya melihat proses marjinalisasi sosial semakin melahirkan berbagai jenis the new mustadzafin, yakni ragamnya komunitas orang-orang pinggiran. Tidak hanya kaum miskin dan fakir, tetapi juga anak-anak jalanan, kaum buruh, dan TKI yang nasibnya tak terlindungi dan berisiko tinggi. Bahkan dalam kelompok yang disebut "kaum pinggiran" ini, banyak komunitas petani di pedesaan seperti penderes gula aren dan siwalan yang merupakan "orang-orang nomad lokal", yang setiap pagi pergi dengan seluruh anggota keluarganya (termasuk binatang pemeliharaannya) meninggalkan desanya dan pulang menjelang matahari terbenam. Mereka seharian berada di sekitar ladang aren dan siwalannya, termasuk anak-anak yang sebenarnya masih dalam usia sekolah.

Begitu pula, kita memiliki kelompok suku-suku bangsa, seperti Badui, Tengger, Sakai, dan banyak lagi, seolah-olah mereka adalah bangsa yang "ditinggalkan", baik oleh negara maupun oleh proses modernisasi. Sudah barang tentu, dalam paradigma humanisme modern dan dalam filosofi pendidikan liberal mereka dianggap obyek yang harus di-"majukan" dan bukan diberi ruang politik bagaimana agar dapat ikut serta dalam proses multikulturalime dan dialog peradaban yang hidup bersama dalam negara bangsa yang modern.

Masih banyak dan panjang deskripsi yang bisa dibuat untuk mengenali siapa kaum pinggiran ini, tetapi saya kira langkah dan rintisan pedagogis buat mereka, sejauh ini masih miskin sekali. Bahkan yang lebih tragis, semua pencarian pedagogis yang pernah lahir di Indonesia, seperti Taman Siswa, Muhammadiyah, pesantren, Kayu Tanam di Sumatera, kini redup dan hilang disapu oleh ganasnya sistem sekolah yang dipaksakan negara demi ikut serta dalam menyokong pertumbuhan ekonomi kapitalisme global.

Akan tetapi, apa hendak dikata, hasilnya kini "sekolah" boleh dibilang telah gagal mengantarkan anak-anak didik mengambil peran sosialnya, juga gagal masuk ke dalam bursa lapangan kerja di sektor modern dan juga gagal menjadi produsen ilmu yang diterimanya dengan paksa di ruang-ruang kelasnya.

Maka, saya kira, saatnya kita semua harus lebih serius bekerja sama untuk mengembangkan konsep dan model praksis "pedagogi kaum pinggiran" ini, dengan menggabungkan semua perspektif humanisme, apakah yang berasal dari teologi, kritik-ideologi, atau dari tradisi pemikiran sosial emansipatoris sehingga kaum pinggiran memiliki penjelasannya sendiri mengapa mereka terpinggirkan dan dengan praksis apa mereka mempunyai harapan untuk memberdayakan diri dan kelompoknya.

Jika tidak, saya khawatir tetap saja orang miskin akan tetap miskin, paling kurang dalam tiga hal, yakni miskinnya rasionalisasi makna hidup tentang siapa dia, miskinnya kesadaran kolektif, dan miskinnya institusi, baik politik, sosial, dan agama, yang dapat digunakan sebagai kekuatan mereka sendiri untuk melakukan transformasi sosial.




Lanjuuttt nyoookk....

Pacarku yang Pemalu... (SUPER MALU)








Nah yang ini belum ketauan kalo ane yang moto.....




Ini foto kucingnya,,,,
Biasa,,,,
Si penggemar Kucing gitu,,,


Thanx banget yach sayang,,,
Afwan nih,,,fotonya aku masukin,,,,
Jangan ngambek and jangan marah,,,,


Thanx allot...
Lanjuuttt nyoookk....

Pacarku yang Pemalu...




Lanjuuttt nyoookk....

Jumat, 05 Juni 2009

JK berkampanye


Jakarta - Calon Presiden dari Partai Golkar dan Hanura, Jusuf Kalla (JK) menjawab sentilan yang tertuju padanya soal bisnis keluarga yang merusak bangsa. Menurutnya, tidak ada yang salah jika keluarga pejabat berbisnis asal mengikuti aturan hukum. Hal ini diungkapkan JK saat ditanyai wartawan usai bertemu Pemimpin Jamaah Al Khairat, Habib Segaf Al Jufri, di Jl Sis Al Jufri I No 3, Palu, Jumat (5/6/2009). "Keluarga Pejabat itu berdagang biasa, asalkan mengikuti aturan. Tidak ada salahnya," kata JK. Menurutnya, berdagang adalah hak semua orang. Namun mereka yang berdagang harus tetap pada hukum yang berlaku. Tidak boleh memanfaatkan kekuasaan pejabat untuk kepentingan bisnisnya. Malah, menurutnya, jika dilarang, terkesan adanya dikriminasi. "Malah kalau dilarang itu diskriminatif," tuturnya. JK juga menjelaskan bahwa tanpa ada pedagang, maka tidak akan ada yang membayar para pekerja. Bahkan pendapatan negara dari pajak pun tidak ada. "Pengusaha itu pekerjaan mulia. Rasulullah adalah pedagang," ucap JK. ( gun / irw )

Lanjuuttt nyoookk....

Senin, 01 Juni 2009

It's My Family




Lanjuuttt nyoookk....

Download Aplikasi

Aplikasi Pembuat Menu bar di Blog



Eset NOD32 Antivirus Systems_2.7.32_April_2007__Full.rar Lanjuuttt nyoookk....
free counters Lanjuuttt nyoookk....

Rahasia Makanan Panjang Umur Okinawa (Jepang )


Penduduk Okinawa terkenal sebagai penduduk dengan usia terpanjang dan usia harapan hidup terlama di dunia. Penderita penyakit kronis di wilayah selatan Jepang ini juga paling kecil di dunia. Rahasia utamanya terletak pada makanan. Apa saja kehebatan makanan Okinawa?

Sudah sejak lama Okinawan Food terkenal di dunia. Termasuk konsep diet yang dikenal dengan nama Okinawa Diet yang digandrungi oleh banyak bangsa di dunia. Tak berlebihan karena wilayah yang ada di selatan Jepang ini mempunyai catatan tertinggi di dunia untuk jumlah penduduk berumur 100 tahun.

Demikian juga usia harapan hidup penduduk Okinawa lebih dari 80 tahun. Sedangkan catatan jumlah penyakit kronis seperti penyakit jantung, darah tinggi, diabetes atau kadar kolesterol tinggi, paling rendah di dunia. Wanita Okinawa juga memiliki usia terlama dalam masa menapouse.

Tentu saja semua hal tersebut disebabkan oleh makanan Okinawa yang terkenal kaya akan variasi protein dan sangat sedikit lemak. Buah segar, sayuran segar, seafood dan bahan lain selalu diolah dengan cara alami. Persentuhan dengan budaya Cina, Asia Tenggara dan Amerika membuat sajian Okinawa memiliki varian rasa yang lebih kaya dibandingkan makanan Jepang klasik.

Trend terbaru menyusun menu Okinawa ini akan diungkap oleh Mr. Keiro seorang chef ahli makanan okinawa dan Jepang. Gaya memasak, paduan bumbu dan bahan yang dipakai sedikit berbeda dengan gaya klasik Jepang. Semuanya akan dituturkan secara lengkap.

Di akhir acara Anda akan diajak mencicipi sajian Okinawa yang unik dan enak. Mulai dari sup, sald, hidangan sayuran yang khas, hingga nasi berbumbu dan ditutup dengan camilan manis yang unik. Jika beruntung hadiah-hadiah menarik juga kami sediakan untuk Anda.


Lanjuuttt nyoookk....

Facebookers

Teman

Komentarmu


ShoutMix chat widget

Anda Pengunjung ke

Link Komunitasku

gerakan indonesia bangkit PartaiKu Hizbut Tahrir

Link Blog

 

Rabithah

Ya,Allah seseungguhnya Engkau mengetahui bahwa semua hati kami ini telah bersatu berdasarkan kecintaan kepada-Mu,berjumpa di atas ketaatan kepada-Mu,berhimpun di atas dakwah-Mu,maka kuatkanlah-Ya Allah-ikatannya,kekalkanlah kasih sayang di antaranya,tunjukkan jalannya,serta penuhilah ia dengan cahaya-Mu yang tidak akan pernah padam. Lapangkanlah dadanya dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan tawakl kepada-Mu,hidupkanlah ia dengan makrifah kepada-Mu,dan matikanlah ia sebagai syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pemimpin dan sebaik-baik penolong. Ya Allah, kabulkanlah dan limpahkanlah salawat serta salam,ya Allah, kepada Muhammad,juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya