Mabadiul Chamsah

"MABADIUL CHAMSAH"
Allahu Ghoyatuna
Ar-Rasul Qudwatuna
Al-Quran Dusturuna
Al-Jihad Sabiluna
Al Mautu fi sabilillah asma’ a’manina….
Allah adalah tujuan kami | Rasulullah teladan kami | Al-Qur’an pedoman hidup kami | Jihad adalah jalan juang kami | Mati di jalan Allah adalah cita2 kami tertinggi

Senin, 21 September 2009

Partai Islam Sudah TAMMAT

Kepastian dukungan partai-partai Islam/basis Muslim seperti PKS, PPP, PKB, dan PAN kepada pasangan Capres  SBY-Boediono menjadi isyarat besar, pertanda matinya partai Islam di pentas politik Indonesia. Inna lillahi wa inna ilaihi ra’jiuun. Inna lillahi wa inna ilaihi ra’jiuun. Inna lillahi wa inna ilaihi ra’jiuun.
Kita patut berduka, memohon ampunan kepada Allah Ar Rahmaan, sekaligus meminta maaf kepada Ummat. Ya, inilah akhir dari perjuangan panjang partai politik Islam di pentas nasional. Tanggal 15 Mei kemarin adalah hari bersejarah bagi SBY, Demokrat, dan para pendukungnya; tetapi sekaligus hari MUSHIBAH AKBAR bagi perjuangan politik Islam di Indonesia.
Ada beberapa indikasi untuk menjelaskan MATINYA partai Islam tersebut, yaitu:
[1] Partai-partai Islam sangat tampak bahwa mereka tidak memiliki target apapun dalam perjuangan politik, selain: Mencari kekuasaan dan jabatan bagi elit-elit partainya. Semua partai Islam tidak memiliki idealisme sama sekali. Idealismenya hanyalah power, power, and power.
[2] Partai-partai Islam acuh sama sekali dengan proses Pemilu April 2009 yang akhirnya memenangkan Partai Demokrat dengan perolehan suara 20, 8 %. Tidak ada satu pun partai Islam yang mau menggugat hasil kemenangan Demokrat yang diperoleh melewati proses Pemilu yang paling buruk sepanjang sejarah. Setidaknya, mereka bisa mengatakan satu kalimat saja, “Menang pemilu memang membanggakan, tetapi cara jujur dalam pemilu, itu lebih membanggakan.”
[3] Kini Partai Demokrat dikelilingi oleh partai-partai Islam, seperti PKS, PPP, PKB, dan PAN. Memang ada partai-partai nasionalis gurem lainnya, tetapi mereka tidak ada pengaruhnya. Lihatlah dengan hati nurani yang jujur, partai-partai lain seperti Golkar, PDIP, Gerindra, dan Hanura, mereka berani bersikap tegas kepada Demokrat. Mereka memiliki harga diri dan tidak haus kuasa. Lalu siapa yang haus kuasa? “Nah, tuh lihat sendiri! Itu para ustadz, kyai, ajengan, guru ngaji, aktivis masjid, habib, pak haji, bu hajjah, dan lainnya. Mereka semua itu yang haus kuasa,” begitu kesimpulan mereka. Sungguh ini adalah tragedi politik yang memilukan.
[4] Kita tahu, PKS mewakili Muslim perkotaan, intelektual kampus. PKB mewakili Nahdhiyin, PAN mewakili Muhammadiyyah, PPP mewakili komunitas tradisionalis non NU. Mereka ini semua sekarang sedang merapat ke Demokrat, dengan pusat interestnya, SBY. Lalu apa yang nanti akan dilakukan Demokrat terhadap partai-partai itu? Apakah Demokrat akan mensolidkan mereka atau malah memecah-belahnya? Hanya Allah yang tahu. Namun akibat dari perpecahan partai-partai politik itu, nanti dampaknya akan memecah-belah kaum Muslimin di luar partai. Bukan mustahil, pengikut PKS, warga NU, Muhammadiyyah, dan lainnya akan saling bertikai untuk mendapatkan keridhaan paling mulia di sisi SBY-Boediono.
[5] Sifat tamak kuasa, pragmatisme, dan oportunis elit-elit partai Islam dengan sangat tepat digambarkan oleh Ahmad Mubarok dari DPP Partai Demokrat. Dia menyebut sikap penolakan partai-partai Islam terhadap pencalonan Boediono hanya sekedar “olah-raga politik” saja. Berikut pernyataan Mubarak, “Partai Islam butuh butuh genit sedikit untuk dekati PD. Nggak apa-apalah, itu olah raga politik, bagi atlet politik itu hal biasa saja.” (detiknews.com, Rabu 13 Mei 2009, jam 09.25 WIB). Bahkan begitu yakinnya Mubarak, bahwa partai-partai Islam tidak akan menolak Boediono, dia menyebut kepastian pencalonan itu sudah 99 %, sisa 1 % untuk Tuhan. Laa haula wa laa quwwata illa billah.
[6] Dengan semua sikap tamak kuasa dan miskin rasa malu itu, sudah pasti ia akan memecah belah barisan partai masing-masing. Nanti akan banyak eksodus politik dari partai-partai itu ke partai lain, sekalipun nasionalis. Bukan mustahil tontotan memuakkan yang mereka tunjukkan selama ini akan memperbesar angka golput dan kemarahan publik terhadap praktik politik. Khawatirnya, nanti kalau muncul partai Islam yang beneran, mereka akan mendapat gelombang cercaan akibat ulah orang-orang itu.
Dengan semua kenyataan di atas dan berbagai kenyataan lain yang tidak perlu dibahas lagi, maka bisa dipastikan bahwa nasib partai Islam di Indonesia sudah TAMMAT. Wis bubar Pakde, Budhe. Tidak perlu berharap lebih banyak. Semua partai berorientasi jabatan. Padahal Nabi Saw. pernah berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, bahwa siapa yang mencari jabatan, memburunya, maka Allah akan menyerahkan dirinya kepada jabatan itu sendiri.
Ada kekhawatiran di hati, kalau keberadaan partai-partai “Islam” atau basis massa Islam itu, memang sengaja dimunculkan untuk menghambat aspirasi politik pro Syariat Islam. Benarkah? Bisa jadi memang demikian. Kalau melihat jauhnya partai-partai dari ajaran Islam, bahkan dalam soal “harga diri” saja, jelas tidak mungkin kita berharap mereka akan memperjuangkan Islam.
Kini saatnya, kaum Muslimin yang selama ini berada di luar Parlemen, untuk mulai menyusun kekuatan politik baru yang benar-benar membawa misi perjuangan dan pembangunan Islam. Bukan hanya cover-nya yang Islam, tetapi batinnya juga Islami. Semoga harapan itu benar-benar dimudahkan oleh Allah agar terwujud. Allahumma amin ya Rahmaan ya Rahiim.
Bandung, 16 Mei 2009.


Comments :

0 komentar to “Partai Islam Sudah TAMMAT”


Posting Komentar


Posting Komentar